Nama band punk asal Purbalingga, Sukatani, mendadak menjadi perbincangan nasional setelah lagu mereka yang berjudul “Bayar Bayar Bayar” viral di media sosial. Lagu yang mengkritik institusi kepolisian ini sontak menuai beragam reaksi dari publik, mulai dari dukungan hingga kontroversi yang membuat band ini harus menghadapi konsekuensi tak terduga.
Dari Musik ke Polemik Lagu “Bayar Bayar Bayar” awalnya hanya dinyanyikan di panggung-panggung kecil komunitas musik punk. Namun, setelah cuplikan penampilan mereka menyebar luas di platform digital, lagu tersebut menarik perhatian publik dan aparat penegak hukum. Lirik tajam yang menggambarkan keresahan sosial terhadap sistem birokrasi dan penegakan hukum dianggap berani oleh sebagian orang, tetapi juga menuai kritik dari pihak lain.
Permintaan Maaf ke Kapolri Setelah menjadi viral, band Sukatani akhirnya menyampaikan permintaan maaf kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Dalam pernyataan mereka, para personel band mengaku tidak berniat untuk memperkeruh keadaan dan hanya ingin menyuarakan aspirasi masyarakat melalui musik. Meski demikian, perdebatan mengenai batasan kebebasan berekspresi terus mengalir di ruang publik.
Nasib Vokalis: Dari Guru ke Kontroversi Tak hanya berdampak pada band, sang vokalis, Novi, yang juga berprofesi sebagai guru, harus menghadapi imbas dari viralnya lagu tersebut. Dikabarkan, ia mengalami pemecatan dari sekolah tempatnya mengajar, sebuah keputusan yang kembali memicu perdebatan mengenai kebebasan berekspresi dan konsekuensinya bagi individu di luar dunia musik.
Reaksi Publik: Pro dan Kontra Di media sosial, peristiwa ini memicu diskusi luas. Sebagian netizen menganggap bahwa kritik melalui musik adalah hak setiap warga negara dalam menyuarakan pendapat. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa kritik harus disampaikan dengan cara yang lebih konstruktif tanpa menyinggung institusi tertentu secara langsung.
Dukungan dari Komunitas Musik Komunitas musik punk dan aktivis kebebasan berekspresi ikut angkat bicara. Mereka menilai bahwa kasus Sukatani menjadi cerminan bagaimana seni sering kali berbenturan dengan batasan sosial dan hukum. Beberapa musisi bahkan menyatakan dukungan mereka terhadap band ini dengan menggelar aksi solidaritas.
Sukatani Ditawari Menjadi Duta Polri Dalam perkembangan terbaru, band Sukatani dikabarkan mendapatkan tawaran untuk menjadi duta Polri. Tawaran ini disebut sebagai upaya rekonsiliasi dan kolaborasi antara dunia musik dengan institusi kepolisian. Jika diterima, peran baru ini akan menjadi langkah yang cukup mengejutkan mengingat latar belakang kritik yang mereka sampaikan sebelumnya. Publik pun menantikan apakah band ini akan menerima tawaran tersebut atau tetap mempertahankan independensi mereka dalam berkarya.
Kini, nasib band Sukatani masih menjadi tanda tanya. Apakah mereka akan tetap berkarya dengan warna musik yang sama, atau justru mengubah arah agar terhindar dari kontroversi? Yang pasti, kisah mereka telah menjadi bagian dari diskusi besar tentang seni, kritik sosial, dan kebebasan berekspresi di Indonesia.